6/6/2019 Batara Pasuruan
Batara Pasuruan - Bagi
warga Kota maupun Kabupaten Pasuruan ziarah kubur (Nyekar) saat hari raya Idul
Fitri masih terpelihara hingga saat ini. Selain bertujuan untuk mendoakan
keluarga yang telah berpulang ke Rahmatullah, juga untuk menjaga tali
silaturahmi.
Seperti yang dilakukan oleh Masyarakat Kota/Kabupaten Pasuruan.
Seusai salat Id di Mushola/Masjid/Lapangan
setempat, puluhan anggota keluarga mengunjungi makam leluhurnya di tempat
pemakaman umum (TPU) setempat. Dengan dipimpin sesepuh keluarga, mereka
melakukan tahlil dan memanjatkan doa-doa Islami.
“Kegiatan nyekar ini sudah menjadi tradisi, setiap
Lebaran atau hari raya Idul Fitri maupun hari raya Idul Adha, Masyarakat melakukan ziarah kubur. Harapannya, semoga
arwah para leluhur dan sanak famili yang sudah meninggal, mendapat syafaat dari
doa yang dipanjatkan.
Di TPU ini, ada banyak keluarga
lain yang melakukan ziarah kubur. Meski mereka juga sering melakukannya di hari
lain.
Tradisi ziarah kubur di
masyarakat muslim Indonesia, sebenarnya telah terjadi ketika Islam mulai
berkembang di Nusantara.
Walisongo adalah orang yang
pertama mengembangkan tradisi nyekar atau ziarah kubur di Nusantara. Berziarah
kubur boleh dilakukan kapan saja. Karena Rasulullah pun tidak menganjurkan
waktu untuk berzairah.
“Dalam Islam sendiri, ziarah
kubur semula dilarang oleh Nabi Muhammad SAW. Dilarang karena takut merusak
akidah mereka, sebab ketika itu akidah umat Islam belum kuat. Tetapi kemudian
diperbolehkan dilakukan oleh umatnya. Dalam Islam, ziarah kubur hukumnya
sunnah,” kata Ustadz. (DS)
0 Komentar